Metodologi Penelitian BAB IV


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN, ANALISIS STATISTIK, DAN
INTERPRESTASI 


METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian di sini mencakup pembahasan tentang :

A. TUJUAN OPERASIONAL :

Digunakan untuk menegaskan kembali dan memberi arah tentang apa yang akan diteliti.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL :

Merupakan definisi konseptual yang pengertiannya seperti dalam kajian teoritik, tetapi konsep itu harus dapat diobservasi secara langsung, misalnya menunjuk skor tertentu dari tes yang relevan.

BESARAN (QUANTITY) adalah segala sesuatu yang memiliki besar (magnitude).

Ada dua jenis besaran :

  1. Tetapan (Konstanta), yaitu besaran yang tetap tertentu
  2. Perubah (variabel), yaitu besaran yang berubah-ubah, bervariasi, membentuk sekumpulan data (informasi).
C. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, biasanya peneliti melakukan penguku-ran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instru-men penelitian. Setelah itu mungkin peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan satu variabel dengan variabel yang lain.

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelom-pok itu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, warna rambut merupakan atribut dari seseorang. Selanjutnya berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut dari obyek. Atribut ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang atau obyek yang
diambil secara random. Bila tinggi badan, motivasi kerja, kemampuan, gaya kepemimpinan dari 30 orang sama, maka semua itu bukanlah variabel. Jadi dikatakan variabel karena ada variasinya.

  1. Dilihat dari konsepnya ada dua macam variabel : Variabel Faktayaitu variabel yang dalam menjaring datanya (instrumennya) tidak memerlukan teori. Variabel konstrukyaitu variabel yang dalam menjaring data nya (instrumenya) memerlukan teori dan konsep yang dijabarkan menjadi indikator-indikator untuk menyusun butir-butir pertanyaan.
  2. Dilihat dari hubungan fungsionalnya ada : Variabel bebas (variabel independen), Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antecement. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel deenden (variabel terikat). Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempenga ruhi variabel lainnya. Variabel terikat (variabel Dependen), sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Antara variabel independen dan dependen, masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi selalu berpasangan. Contoh :

  • Pemahaman metodologi penelitian dan motivasi menulis skripsi
Pemahaman metodologi penelitian = variabel independen (bebas)
Motivasi menulis skripsi = variabel dependen (terikat)

D. INTERAKSI ANTAR VARIABEL

Dua variabel atau lebih hanya dapat :

  1. Dibedakan atau dibandingkan, apabila teoritik memang layak dibandingkan (comparable), dan persyaratan lain dipenuhi (berdis-tribusi normal dan variasinya homogen).
  2. Dihubungkan, apabila teoritik memang layak dihubungkan, dan persyaratan layak dipenuhi (berdistribusi normal, untuk korelasi pearson bentuk regresi linear, koevisien regresi bermakna, sampel acak, ukuran sampel minimum dipenuhi).
Dua variabel atau lebih yang dibandingkan atau dihubungkan itu tidak boleh semuanya variabel fakta.


E. MACAM-MACAM DATA

Untuk keperluan uji perbedaan dan uji hubungan diperlukan beberapa persyaratan, antara lain macam data sebagai kumpulan informasi dari variabel-variabel yang akan diteliti.
Data  dibedakan atas :

  1. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dengan atribut.
  2. Data kuantitatif, data yang dinyatakan dengan bilangan.
Data kuantitatif dibedakan menjadi :

2.1 Data kontinum atau interval atau rasional, yakni data yang dapat disajikan dengan bilangan rasional (bulat dan pecah). Data kontinum diperoleh dari hasil pengukuran.

Data kontinum dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
2.1.1 Data Ordinal
Adalah data yang berjenjang atau berbentuk pering-kat. Oleh karena itu jarak satu data dengan yang lain mungkin tidak sama. Juara I, II, III; Golongan I, II, III; Eselon I, II, III, IV dsb. Data ordinal biasanya makin kecil angkanya, maka semakin tinggi nilainya. Data ordinal dapat dibentuk dari data interval atau rasio.

2.1.2 Interval
Adalah data yang jaraknya sama, tetapi tidak mem-punyai nilai nol absolut (mutlak). Pada data ini, walau pun datanya nol, tetapi masih mempunyai nilai. Misal nya 0 derajat celcius, ternyata masih ada nilainya. Dalam penelitian sosial yang instrumennya mengguna kan skala likert, Guttman, Semantic Diffential, Thurstone, data yang diperoleh adalah  data interval. Data ini dapat dibuat menjadi data ordinal.

2.1.3 Rasio
Adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol absolut. Jadi kalau data nol berarti tidak ada apa-apanya. Hasil pengukuran panjang (m), berat (kg) adalah contoh data rasio. Data yang paling teliti adalah data rasio. Data ini dapat disusun ke dalam data interval ataupun ordinal.

2.2 Data Deskrit, yakni data yang dapat dinyatakan dengan bilangan bulat (saja), yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang (bukan mengukur). 
Misalnya jumlah meja ada 20, jumlah orang ada 12, dsb. Data ini sering disebut dengan data nominal. Data nominal biasanya diperoleh dari penelitian yang bersifat eksploratif atau survey. Data ini dibedakan lagi menjadi : Data nominal atau data frekuensi, yang terdiri atas :
2.2.1 Data dikotonomi : murni dan buatan
2.2.2 Data multi dikotomi

CONTOH PENGGUNAAN MACAM-MACAM DATA

  1. Korelasi product moment pearson : antara data interval dengan data interval
  2. Korelasi peringkat spearmen : antara data ordinal dengan data ordinal
  3. Korelasi point biserial : antara data interval dengan data dikotomi murni
  4. Korelasi biserial : antara data interval dengan data dikotomi buatan.
  5. Korelasi tetra choric : antara data dikotomi buatan dengan data dikotomi buatan.
  6. Koefisien Phi : antara data dikotomi murni dengan data dikotomi murni.
  7. Koefisien kontingensi (uji keterkaitan Chi Kuadrat) : antara data frekuensi dengan data frekuensi.
F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan ditentukan dengan sifat persoalan/masalah dan jenis data yang diperlukan, yang diteliti. Tidak ada satu metode yang selalu lebih baik dari pada yang lain.

  • Terdapat hubungan positif antara pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara di bidang hukum dengan sikap mahasiswa terhadap pembelian karcis. Sebaiknya mengguna kan metode pene litian deskriptif korelasi.
  • Prestasi belajar santri yang tinggal di Pondok Pesantren lebih tinggi dibanding prestasi belajar santri yang tinggal di luar Pondok Pesantren. Sebaiknya menggunakan metode penelitian eksperi-mental.
G. POPULASI

Merupakan dari mana sampel diambil atau orang-orang atau sesuatu yang ingin diketahui hal ikhwalnya. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif atau kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Populasi merupakan jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki karakteristik atau ciri-cirinya.

Populasi dapat dibedakan : Populasi target (sampling) dan populasi terjangkau (sasaran). Misalnya apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedang yang diselidiki adalah kepala rumah tangga atau kepala keluarga, maka semua rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedang seluruh kepala rumah tangga disebut populasi sasaran. Dalam penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Misalnya dalam penelitian tenaga kerja dipilih angkatan kerja sebagai populasi sasaran, dalam penelitian transmigrasi, dipilih para transmigrasi sebagai populasi sasaran, dan sebagainya.

H. SAMPEL

Sampel adalah yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel penelitian adalah sebagian dari unit-unit yang ada dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki. Dalam suatu penelitian survei tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian unit-unit dari populasi kita mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0. Disamping itu pengambilan sampel secara acak (random) haruslah menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sampel terdiri dari sebagian populasi, tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar.

Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;

  1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.
  2. Dapat menentukan presisi 1 dari hasil penelitian dengan menentu kan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
  3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan
  4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
UKURAN SAMPEL (SAMPEL SIZE)

Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10 persen dan ada pula peneliti lain menyatakan bahwa besarnya sampel minimum 5 persen dari jumlah satuan-satuan elementer dan populasi.

Mengenai ukuran sampel atau besarnya sampel yang harus diselidiki dalam suatu penelitian tergantung pada keragaman karakteristik populasi, tingkat presisi yang dikehendaki, rencana analisis, dan tenaga, biaya serta waktu.

Secara rinci keempat faktor tersebut akan dibahas berikut ini;

  1. Derajat keragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin seragam populasi itu, makin kecil sample yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam pula, maka satu elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukum reprensentatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak seragam, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representative.
  2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang harus diambil. Jadi sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai yang sesungguhnya (true value). Pada sensus lengkap. Presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan nilai parameter. Atau dengan cara lain dapat pula dikatakan bahwa antara besarnya sampel yang diambil dengan besarnya kesalahan (eror) terdapat hubungan yang negatif. Semakin besar sampel yang diambil, semakin kecil pula kesalahan (penyimpangan terhadap nilai populasi) yang didapat.
  3. Rencana analisis. Adakalanya besarnya sampel sedah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Misalnya kita ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat-alat kontrasepsi. Kalau kita membagi tingkat pendidikan responden secara terinci, misalnya belum sekolah, belum tamat SD, belum tamat SLTP, dan seterus nya, mungkin tidak cukup untuk mengambil 100 responden karena akan terdapat banyak sel-sel dari matrik yang kosong. Begitu juga untuk perhitungan analisis yang menggunakan perhitungan statistik yang rumit.
  4. Tenaga, biaya dan waktu. Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti bahwa presisinya akan menurun.
Walaupun besarnya sampel harus diambil dalam suatu penelitian didasarkan atas keempat pertimbangan di atas, tetapi agar dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga, seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang diambil sehingga dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, yang selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya sampel.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik sampling ditujukan pada gambar di atas.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probality sampling meliputi, simple random, proportionale stratifield random, dispropotionale stratifield random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistema tis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling.

PROBABILITY SAMPLING

Probality sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample.

Teknik ini meliputi :

  • Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana karena pengambilan sample anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

  • Proportionale Stratifield Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. Suatu organi sasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidi kan, maka populasi pegawai itu berstrata.

Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, SMU = 800, SLTP = 900, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional.

  • Disproportionale Stratifield Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

Misalnya pegawai Depdiknas mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SLTP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sample. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SLTP


  • Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk suatu Negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Misalnya di Indonesia terdapat 32 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratifield random sampling.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan daerah itu secara sampling juga.

NONPROBABILITY SAMPLING

Nonpronanility sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik sampel ini meliputi :

  • Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu dari nomor 1 sampai nomor 100. pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.

Misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.

  • Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentutan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota dapat memilih sample secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

  • Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang kebetulan itu cocok sebagai sumber data.

  • Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian ten-tang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam kepegawaian saja.

  • Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

  • Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.

I. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrument tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menen-tukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas instrumen yang diguna kan, disamping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kuali tas yang memadai dalam arti valid dan realibel maka data yang dipero leh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedang jika kualitas instrument yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.

1. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN

  • Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
  • Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang sesungguhnya telah tertuang, seca ra eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1.
  • Membuat kisi-kisi instrument dalam bentuk table spesifi-kasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
  • Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen dan seterusnya.
  • Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernya taan atau pertanyaan. Butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif,Sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
  • Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi teoritik maupun validasi empirik.
  • Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
  • Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
  • Setelah konsep instrument dianggap valid secara teoritik atau secara konseptual, dilakukanlah penggadaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba.
  • Uji coba instrumrn di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberi kan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekwivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validasi empiris atau validasi kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
  • Pengujian validasi dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria. Kriteria eksternal adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
  • Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrumen dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus lainnya, yakni jika kita meng-gunakan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidak-nya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
  • Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluar kan atau diperbaiki untuk diuji coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berda-sarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid ter sebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perang kat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
  • Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabili tas dengan rentangan nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen. Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien yang dianggap layak tergantung tercakup dimensi dan indikator dari variabel yang hendak diukur. Berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-indikator yang akan diukur dari variabel tersebut.
Selanjutnya item-item instrumen dibuat untuk mengukur indikator-indikator yang telah ditetapkan dengan cara seperti telah dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point 4 dan 5. karena bentuk item-item instrumen terlebih dahulu peneliti harus memilih jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur indikator dari variabel yang akan diteliti.

2. JENIS INSTRUMEN PENELITIAN

Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, antara lain kuesioner, skala (skala sikap atau skala penilaian), tes dan lain-lain.

  • KUESIONER adalah alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh responden.
Beberapa alasan digunakan kuesioner adalah :

  1. Kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual,
  2. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan
  3. Untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin.

  • SKALA adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek-aspek tertentu dari suatu barang, atau sifat-sifat seseorang dalam bentuk skala yang sifatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, dan sangat tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Skala dapat berben tuk skala sikap yang biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala tersebut dituju kan untuk mengukur variabel yang indikator-indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala penilaian bukan diberikan kepada unit analisis penelitian (yang bersangku tan) tetapi diberikan atau diisi oleh orang lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan subyek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel yang akan diukur.
Dari bagan tersebut di atas terlihat bahwa untuk keperluan  penyu-sunan dan pengembangan instrumen pertama-tama yang dilakukan adalah menetapkan konstruk variabel penelitian yang merupakan sintetis dari teori-teori yang telah dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalam pengkajian teoritik atau tinjauan pustaka

  • TES adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang distandarisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau dires pons, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan.
Secara khusus untuk keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen, maka variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti dibedakan atas dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual. Variabel konseptual dapat dibeda kan lagi atas dua macam, yaitu variabel kreativitas, gaya kepemim pinan, konsep diri, kecemasan dan lain-lain; serta variabel yang sifatnya konten atau bersifat pengetahuan, yaitu berupa pengua saan responden terhadap seperangkat konten atau pengetahuan yang semestinya dikuasai atau diujikan dalam suatu tes atau ujian.

3. TEKHNIK PENYUSUNAN DAN PENILAIAN BUTIR INSTRUMEN

Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen, baik instrumen dalam bentuk skala sikap, skala penilaian, maupun tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
  • Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kesediaan, dan sebagainya.
  • Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif atau keadaan responden berada atau dekat ke kutub negatif, misalnya jika berada atau dekat ke kutub positif menandakan sikap positif, menandakan motiva si tinggi, menandakan kepemimpinan yang efektif, menandakan intesitas tinggi, menandakan produktivitas tinggi, menandakan gaya kepemimpinan demokratik, menandakan iklim kerja yang kondusif, dan sebagainya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif menandakan sikap negatif, menandakan motivasi rendah, menandakan kepemimpinan yang tidak efektif, menandakan intensitas rendah, menanda kan produktifitas rendah, menandakan gaya kepemimpinan otoriter, menandakan iklim kerja yang tidak kondusif dan sebagainya.
  • Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengan-dung tafsiran ganda, singkat, dan komunikatif.
  • Opsi dari setiap pertanyaan atau peryataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut.
  • Banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum. Karena distribusi jawaban responden secara teoritik mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya menggunakan skala ganjil.
Terdapat bermacam-macam instrumen penelitian.

  1. Wawancara dan kuesioner
  2. TES : (1) tes prestasi, (2) tes kecerdasan
  3. Daftar inventor kepribadian : daftar infentori, skala penilaian
  4. Teknik proyektif
  5. Skala sikap : skala Thurstone, skala Guttman
  6. Teknik Sosiometris
  7. Pengamatan langsung
Syarat-syarat instrumen :

  1. Sahih (valid)
  2. Andal (reliable)
  3. Adil (objektive)
  4. Berdaya pembeda (diseriminating power)
  5. Menyeluruh (comprehensive)
  6. Mudah dan murah untuk dilaksanakan
Analisis Butir Instrumen :

  1. Validitas tiap butir
  2. Tingkat kesukaranDaya pembeda tiap butir
J. VALIDITAS

Validitas adalah sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Alat ukur di bidang pendidikan dan ilmu jiwa dirancang untuk menaksir bangunan-bangunan pengertian (contruct) seperti prestasi belajar, kecerdasan, kreativitas, bakat, sikap, motivasi dsb. Syarat instrument yang baik adalah valid dan realibel. Validitas suatu instrument selalu bergantung kepada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen tersebut.

Terdapat tiga jenis validitas, yakni :

  1. Validitas isi (kesesuaian dengan TPK)
  2. Validitas konstruk (berdasarkan teori yang dipakai)
  3. Validitas bangun pengertian
K. RELIABILITAS

Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan (konsisten) alat ukur dalam mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui reliabilitas digunakan beberapa cara, yakni :

  1. Tes ulang   
  2. Bentuk setara                     
  3. Alpha Cronbach
  4. Kuder Richardson, dan
  5. Tes belah dua
Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas :

  • Tes ulang : menggunakan rumus product moment Pearson (r1/21/2)
  • Tes setara : menggunakan rumus product moment Pearson (r1/21/2)
                                              2r1/21/2
Belah dua : rxx = ________
                                              1+r1/21/2

                                                                             K           X (K - X)
Kuder Richardson (KR)-21 : rxx = ____ X _________
                                                                           K-1             s2


Keterangan :          K  = Jumlah butir soal
                              X  = rata-rata skor
                              s2 = variansi skor

                                            K              Ssl2          = Jumlah variansi butir
Alpha Cronbach : rxx = _____ X _______
                                         K-1             st2 = Varian total

L. ANALISIS DATA; DISKRIPTIF

Analisis data secara deskritif merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna (meaningful). Deskripsi data ini terdiri atas : Penyajian data dan penampilan ukuran/tendensi sentral serta ukuran/tendensi penyebaran.
1. PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN

  • Dengan tabel dan daftar :

  1. Daftar tunggal
  2. Daftar kontingensi
  3. Daftar distribusi frekwensi
  • Dengan gambar atau diagram :
  1. Diagram lingkaran
  2. Diagram lambang (piktogram)
  3. Diagram peta Kartogram)
  • Dengan diagram atau grafik : 
  1. Diagram batang : a) Satu, dua, tiga komponen. b) Satu arah, dua arah
  2. Diagram garis
  3. Diagram pencar
  4. Histogram
  5. Poligon
2. UKURAN SENTRAL (PEMUSATAN)

  • Rerata hitung/Arithmatic Mean (u, X) :
Merupakan hasil bagi antara jumlah data dengan banyak data.

  1. Untuk data tunggal
  2. Untuk data kelompok

  • Nilai tengah/Median (Me)
Merupakan nilai tengah data setelah data diurutkan dari kecil ke besar atau sebaliknya. Median tidak selalu salah satu diantara data tersebut.

  1. Letak median : urutan ke ½ (N+1).
  2. Nilai median : => Untuk banyak data ganjil : data paling tengah. => Untuk banyak data genap : rerata dua data di tengah. => Modus (Mo) :
Merupakan data paling banyak muncul (dapat lebih dari satu data)

3. UKURAN PENYEBARAN

  • Rentangan (range) : adalah selisih antara data terbesar dengan data terkecil
  • Simpangan (deviasi) : adalah selisih data dengan rerata : x = X – X
  • Varians : adalah rerata kuadrat simpangan (s2.S2).
  • Simpangan baku (standart Deviasi) : adalah akar varians (s, s)
M. ANALISIS DATA; INFERENSIAL

Analisis data secara inferensial atau induktif adalah pengolahan data untuk menguji hipotesis yang selanjutnya untuk generalisasi dari sampel ke populasi. Analisis ini terdiri atas : uji kesamaan/perbedaan, uji hubungan/korelasi/keter kaitan, uji prediksi/regresi, dan uji persyaratan analisis data (uji normalitas, homogenitas, linearitas, signifikansi regresi).

1. UJI KESAMAAN/PERBEDAAN

  • Rerata (mean)
s diketahui (uji z) :

  1. Satu kelompok : => Dua pihak. => Satu Pihak
  2. Dua kelompok (s1 = s2) : => Dua pihak. => Satu Pihak
s tidak diketahui (uji t)

  • a.       Satu kelompok :

  1. Dua pihak
  2. Satu Pihak

  • b.      Dua kelompok (s1 = s2) :

  1. Dua pihak
  2. Satu Pihak
  3. Uji ANAVA :
  4. Satu arah
  5. Dua arah
  6. Tiga arah

  • Varians (Uji homogenitas)

  1. Dua kelompok (uji F)
  2. Banyak kelompok (uji Barlett c2)
2. UJI HUBUNGAN/KORELASI

  1. Korelasi Product-Moment Pearson (r) : antara data interval dengan data interval
  2. Korelasi Peringkat Spearman (l) : antara data ordinal dengan data ordinal
  3. Korelasi Point-Biserial (rpbi) : antara data interval dengan data dikotomi murni.
  4. Korelasi Biserial (rbi) : antara data inteval dengan data dikotomi buatan.
  5. Korelasi Tetrachoric (rt) : antara data dikotomi buatan dengan dikotomi buatan.
  6. Koefisien Phi (F) : antara data dikotomi murni dengan data dikotomi murni.
  7. Koefisien kontingensi X2 : antara data rekuensi dengan data frekuensi.
3. UJI PREDIKSI/REGRESI


  • Regresi Linear :
  1. Sederhana : Y = a + bX
  2. Ganda : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .... + bkXk.
  • Regresi Nonlinear
4. UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA

  • Uji normalitas data
  • Uji homogenitas data
  • Uji linearitas data
  • Uji signifikasi regresi
   
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com