Lalu kuhirup wangi tawamu lewat sudut mata
Yang masih menyimpan sedikit lelah
Selepas mengantar langkahmu
Menyusuri tepian hulu menuju ke sebuah muara
Bayang-bayang mentari pun masih terjatuh
Menerpa daun-daun kemuning yang melingkupi pusara
Melagukan gemerisik lirih tembang-tembang kedatangan
Oleh hembusan dingin angin utara
Dan menyeru kerumunan burung-burung yang tengah mencecapi bebatuan
Melucuti senyap
Menyesapi ratap
Dari relung dada kita
Lalu dari sudut ruang dukacita
Hendaklah kita mampu melepas seberkas makna
Dari rerimbun kerlip kenangan
Tertanam di kisaran-kisaran waktu
Yang terus mengekalkan butiran warna dan kejadian
Bahwa sejatinya kehilangan itu tak pernah ada
Karena memang kita tak pernah memiliki apa-apa
Yang masih menyimpan sedikit lelah
Selepas mengantar langkahmu
Menyusuri tepian hulu menuju ke sebuah muara
Bayang-bayang mentari pun masih terjatuh
Menerpa daun-daun kemuning yang melingkupi pusara
Melagukan gemerisik lirih tembang-tembang kedatangan
Oleh hembusan dingin angin utara
Dan menyeru kerumunan burung-burung yang tengah mencecapi bebatuan
Melucuti senyap
Menyesapi ratap
Dari relung dada kita
Lalu dari sudut ruang dukacita
Hendaklah kita mampu melepas seberkas makna
Dari rerimbun kerlip kenangan
Tertanam di kisaran-kisaran waktu
Yang terus mengekalkan butiran warna dan kejadian
Bahwa sejatinya kehilangan itu tak pernah ada
Karena memang kita tak pernah memiliki apa-apa